Solo, Sala, atau Surakarta, adalah nama sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini terletak pada jalur strategis, yaitu pertemuan jalur dari Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali. Wilayah di sekitar kota ini juga sering pula disebut sebagai Surakarta, yaitu bekas wilayah Keresidenan, pada awal masa Republik.
Latar belakang sejarah
Kota
Surakarta berdiri tahun 1745. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan pada
masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Surakarta menjadi
pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta dan Praja
Mangkunagaran. Kedua pusat feodalisme Jawa ini memiliki
keterkaitan dengan Majapahit, karena dinasti Mataram merupakan keturunan dari
raja-raja Kesultanan Demak, yang juga merupakan penerus suksesi dinasti Wijaya,
sang pendiri Majapahit.
Dalam
perkembangannya, Solo menjadi kota dagang penting (di Solo berdiri Syarikat
Dagang Islam pada tahun 1905), kota wisata (dijuluki "kota pelesir",
dengan konotasi agak negatif), dan kota budaya. Bangunan bersejarah, produk
kesenian, makanan khas, serta hiburan mudah dijumpai di tempat ini dan di
titik-titik di sekitar kota ini.
Wisata Budaya
Keraton
Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton
Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta. Keraton ini didirikan
oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang
porak-poranda akibat Geger Pecinan1743.
Setelah resmi istana Kerajaan Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan
Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC pada tahun1749.
Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755,
keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan Surakarta. Kompleks
bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sunan dan rumah
tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini.
Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Solo. Sebagian
kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik
kasunanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka
keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu
contoh arsitektur istana Jawa tradisional yang terbaik.
Istana Mangkunegaran
berlokasi di Kota Surakarta di jalan Ronggowarsito dan bangunan menghadap ke
Selatan. Sebagai kerajaan yang terbuka dengan ide ide baru perjumpaan
Kebudayaan jawa dengan Eropa dicermati dengan seksama dan di akulturasikan menjadi milik Jawa. Akulturasi ini diinkulturasi sampai unsur dan elemen
Eropa menjadi semakin Jawa.
Istana Mangkunegaran berdiri sejak tahun 1757 dan pada waktu awal mula berdiri komplek istana
belum dilengkapi dengan Pendapa. Bangunan Pendapa dengan atap Joglo baru dibangun pada masa pemerintahan Mangkunegara IV yakni tahun 1866. Surakarta yang kental dengan kebiasaan kebiasaan Jawa mengadopsi style Eropa yang dijadikannya menjadi Jawa tampil dalam hal pembangunan fisik.
Bangunan Jawa secara prinsipial tidak mengenal adanya teras atau elemen serambi karena
elemen ini merupakan ke khas an dari villa villa diEropa.Bangunan Jawa yang tanpa mengenal serambi ini dipadukan dengan elemen Eropa secara visual dan fungsional menghadirkan keindahan dan kegunaan
terwariskan secara tradisi kegenerasi berikutnya.Aliran klasik dan neoklasik Eropa berpadu dengan semangat neoklasik Jawa menghadirkan pengolahan tata ruang yang secara simbolik menampilkan
citra dan kegunaan aktivitas beserta ornamen dan pahatan sebagai simbolik.
Dari visualisasi
bangunan, Istana Mangkunegaran mengambil corak Eropa dalam Empire Style dalam perpaduan Jawa yang menghadirkan kemaharajaan dengan keagungan dan kewibawaannya. Perpaduan antara Arsitektur
Jawa dan Arsitektur Eropa terserap di Mangkunegaran yang memang terbuka untuk inovasi dan ide ide
yang baru. Sistem denah menghadirkan suatu pola tatanan ruang yang tertutup dan
bersifat linear. Pada kondisi struktur bangunan tampak bahwa antara atap dan dinding
merupakan satu kesatuan utuh struktur dengan kata lain sistem struktur bangunan
Istana menggunakan sistem strutur dinding pemikul.Penggunaan kolom kolom bulat
yang terbuat dari besi tuang (cor) dengan konsol konsol besi semakin menampakan
perpaduan Jawa dengan neoklasik Eropa dalam penampilannya.
Ciri utama
peningalan Eropa di jawa dalam soal bangunan juga terdapat pada keluasan bidang bukaan
jendela dan pintu serta skala ruang yang luas dan tinggi.Aspek keluasan ini
pada intinya adalah pengolahan aspek kenyamanan penghuni dalam aktivitasnya
sehari hari yang hadir di bumi beriklim tropis.
·
Kampung Wisata Batik Laweyan
Kawasan sentra industri batik ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang
tahun 1546 M. Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para
juragan batik sebagai pemilik usaha batik, sampai sekarang masih terus ditekuni
masyarakat Laweyan sampai sekarang. Sebagai
langkah strategis untuk melestarikan seni
batik, Kampung Laweyan didesain sebagai kampung batik terpadu, memanfaatkan lahan seluas
kurang lebih 24 ha yang terdiri dari 3 blok.
Di antara ratusan motif batik yang dapat ditemukan di Kampung Batik Laweyan, jarik dengan motif
Tirto Tejo dan Truntum jadi ciri khan Batik Laweyan. Kampung Batik Laweyan ditujukan untuk menciptakan suasana wisata
dengan konsep utama "Rumahku adatah Galeriku". Artinya rumah memiliki
fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi.
Taman Sriwedari dan Segaran dibangun oleh Paku Buwono X yang merupakan adik
ipar KRMT Wirjodiningrat. KRMT Wirjodiningrat membeli tanah Sriwedari dari
seorang Belanda bernama Johannes Buselar pada 1877 dengan status tanah RVE (hak milik). Status kepemilikan tanah didaftarkan kembali status hak guna
bangunan (HGB) 22 karena baru didaftarkan tahun 1965.
Taman Sriwedari adalah sebuah kompleks taman di Kecamatan Lawiyan, Kota Surakarta. Sejak era Pakubuwana X. Taman Sriwedari menjadi
tempat diselenggarakannya tradisi hiburan Malam Selikuran. Sriwedari juga pernah
menjadi lokasi penyelenggaraan PON
Ipada
tahun 1948.
·
Pasar Klewer (Pasar Batik terbesar di Indonesia)
Menurut cerita,
jaman penjajahan dulu Pasar Klewer berfungsi sebagai tempat pemberhentian
kereta. Masyarakat pun memanfaatkannya sebagai tempat untuk menjual berbagai
macam produk kepada para penumpang hingga akhirnya terkenal dengan nama Pasar
Slompretan. Kata slompretan berasal dari slompret (terompet) karena suara kereta yang
akan berangkat mirip dengan suara terompet ditiup. Pasar Slompretan ini juga
dijejali dengan pedagang kecil yang menjual tekstil khususnya batik. Para
pedagang ini menjajakan batiknya dengan cara dipanggul di pundak, sehingga
batiknya terlihat berkleweran atau berjuntaian. Seiring dengan
perjalanannya, pasar ini kemudian lebih terkenal dengan nama Pasar Klewer.
Pada tahun 1970an,
pasar ini dibangun menjadi sebuah bangunan permanen berlantai dua yang cukup
luas. Pembeli juga akan lebih leluasa berbelanja karena pasar dengan lebih dari
dua ribu unit kios ini memiliki tangga-tangga yang cukup luas sehingga tidak
ada kesan berdesak-desakan.
Menyusuri
lorong-lorong yang cukup lebar dari satu blok ke blok yang lainnya, beragam
jenis pakaian berbahan batik seolah memanggil pengunjung untuk membelinya.
Mulai dari jenis kebaya, kain, baju resmi, hingga kaos batik, daster, blouse
cantik dan pakaian anak-anak. Tak hanya batik Solo, pasar ini juga memiliki
koleksi batik Banyumas, Pekalongan, Madura, Yogyakarta, dan lain-lain. Anda
dapat dengan mudah menemukan batik cap seharga belasan ribu maupun batik tulis
kualitas terbaik dengan harga lebih murah dari pada butik-butik terkenal.
Kemahiran menawar akan sangat membantu mendapatkan harga terbaik. Tak hanya
dijual eceran, kebanyakan kios juga melayani pembelian grosir dengan harga yang
jauh lebih murah.
Naik ke lantai
dua, Anda akan menemukan aneka jenis tekstil, seperti seragam sekolah, kaos,
jaket, dasi, kain bahan katun hingga sutra. Uniknya, di pasar ini juga terdapat
beberapa orang penjahit yang siap menyulap kain yang baru saja Anda beli
menjadi jenis pakaian yang Anda inginkan dalam waktu kurang dari satu hari.
Lelah berbelanja mengelilingi
pasar tekstil ini. Berbagai warung makanan siap menjadi tempat melepas lelah sekaligus
mencicipi aneka makanan khas Solo. Nasi pecel, nasi liwet, tengkleng, timlo, es
dawet, es gempol dan berbagai jenis makanan dan minuman lainnya siap menjadi
penawar dahaga Anda.
Wisata kuliner
Solo
mempunyai tempat makan yang enak dan murah, bahkan kota ini sudah mendapat
sebutan kota kuliner. Aneka makanan baik yang modern maupun tradisional
tersedia di kota Solo.
Dapat ditemukan tempat makan yang
enak
·
Nasi liwet keprabon
Siapa yang tidak kenal makanan khas Solo yang
satu ini. Ya, kalo ke Solo harus merasakan nasi liwet. Nasi
liwet adalah nasi gurih yang dimasak dengan kelapa (santan) rasanya mirip sama
nasi uduk , yang disajikan dengan sayur labu siam, suwiran ayam (daging ayam
dipotong kecil) dan areh (semacam bubur
gurih dari kelapa). Salah satu tempat makan nasi liwet favorit saya di daerah
Keprabon. Di daerah ini banyak sekali warung-warung nasi liwet yang terkenal
enak, salah satunya yaitu Nasi Liwet Bu Wongso Lemu, namun hampir semua warung
disini banyak yang memakai nama Bu Lemu. Karena bingung dengan banyaknya warung
nasi liwet di daerah Keprabon ini saya memilih warung pertama yang tepatnya
berada di kiri jalan (perlu diingat jalan di Keprabon ini searah yaitu menuju
ke Jl. Slamet Riyadi). Salah satu kekhasan dari nasi liwet adalah disantap pada
malam hari, tidak heran warung-warung disekitar sini baru buka selepas magrib.
Memasuki
warung ini saya disambut ramah oleh penjaganya, tempat untuk menyantap makan
ada lesehan dan bangku kecil didepan penjualnya karena saya datang bersama 5
teman maka saya duduk lesehan supaya lebih leluasa. Saya memesan nasi liwet
ayam suwir, porsinya tidak terlalu banyak. Untuk minumannya saya memesan Es
Kacang Putih, isinya kacang putih yang direbus dengan kuah santan dan gula.
Harga pastinya saya lupa karena ketika akan membayar kami tidak diberi detail
harganya hanya disebutkan total harga untuk kami berlima sebanyak Rp 100.000,00
(atau sekitar 20rb/orang). Hati-hati bagi pendatang, karena beberapa teman saya
yang asli Solo mengatakan kalo mereka suka seenak hati dalam memberikan harga.
Oh iya, yang spesial ketika saya makan disini yaitu mendapat hiburan ibu-ibu
berkebaya yang menyanyi gending jawa, makin terasa sekali suasanya jawanya :)
·
Timlo sastro, Pasar gedhe
Selain nasi liwet,
selat Solo, tengkleng kambing, dan gudeg ceker, ada satu lagi makanan khas Solo
yang harus anda coba, yakni timlo. Salah satu tempat terbaik untuk menjajal
menu ini adalah Warung Timlo Sastro, sebuah warung timlo legendaris yang berlokasi di sekitar
kompleks Pasar Gede Solo. Timlo
adalah makanan sejenis sup dengan kuah kaldu bening yang gurih dan menyegarkan.
Bedanya, isi timlo bukanlah sayuran tetapi potongan-potongan sosis Solo goreng,
daging ayam, telur, dan jeroan. Ada juga versi lain yang turut menyertakan
misoa dan jamur kuping dalam racikan timlo.
Sudah
lebih dari 60 tahun Timlo Sastro menjajakan menu khas Solo ini, dan hingga kini
pun penggemarnya masih banyak. Sejak tahun 1952, Pak Sastro merintis usaha di
warung tenda kaki lima di sebelah barat pasar. Namun setelah renovasi, sejak
1958, Timlo Sastro berpindah di sudut belakang Pasar Gede. Sepeninggal Pak
Sastro, usaha Timlo Sastro kini dikelola oleh anak-anaknya.
Keistimewaan Timlo Sastro
terletak pada kuah kaldu ayamnya yang rasanya mantap dan isiannya yang cukup
melimpah. Dalam satu porsi terdapat potongan-potongan hati-ampela ayam, sosis
Solo goreng, ayam, dan telur pindang. Alhasil satu mangkuk Timlo Sastro
terlihat begitu penuh isinya. Bumbu timlo sebenarnya sederhana saja, terdiri
dari bawang putih, pala, dan lada, Untuk mempercantik rasa dan penampilan, di
atas timlo ditambahkan taburan bawang merah goreng. Timlo ini terasa
nikmat ketika disantap dengan nasi putih hangat yang disajikan terpisah. Jika
suka pedas, anda bisa tambahkan sambal kecap ke dalam timlo. Manisnya kecap
akan mengimbangi rasa kuah timlo yang sangat gurih. Suasana santap siang di
Warung Timlo Sastro makin menyenangkan dengan adanya suguhan live music keroncong.
Jam
buka: 06.30
– 15.30 WIB
Lokasi: Jalan Pasar Gede Timur No 1-2, Kota Solo, Jawa Tengah.
Gambar :https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnvf6xr7NNQ1JYfF40e9U-P3YRd_jNiQc0blwZTIErCW58aak8rf0XQulb3ESaLjeIM0uHO_lGcVKR84ahuUcUE7LgPTI3ka8vPhF4Fa4vpDBpyEzlbGnZOqIkL7IsEhZiVljo7S6vBZ0/s1600/timlo+sastro+fotoku.jpg
·
Tengkleng
Perjuangan mbrakoti atau
menggerogoti tulang-tulang tengkleng ini menjadi sensasi tersendiri bagi para
penikmatnya. Kesannya memang tidak ‘mriyayi’, tapi begitulah cara menikmati tengkleng.
Kalau dapat sedikit daging yang menempel di tulang rasanya seperti mendapat
berkah.
Salah satu warung yang khusus menawarkan menu tengkleng di
Solo adalah warung tengkleng bu Edi. Warung ini terletak tepat di sisi utara
gapura Pasar Klewer. Tidak ada papan nama atau sepanduk sebagai penanda,
pokoknya asal dari jauh terlihat warung dengan antrian yang banyak, bisa
dipastikan itu adalah warung tengkleng bu Edi. Jangan harap ada banyak meja dan
kursi di warung ini, karena hanya disediakan satu meja ukuran sedang dan dua
bangku panjang. Kebanyakan pengunjung memang memilih untuk membungkus tengkleng
bu Edi untuk dibawa pulang, tapi tak jarang ada pula yang menikmatinya di
tempat dengan ditemani riuh suasana Pasar Klewer.
Warung tengkleng bu Edi buka dari pukul 14.00 WIB, tapi
kadang ada pembeli yang sudah antri sejak pukul 13.00 WIB. Hanya dalam waktu
2-3 jam, tengkleng di warung ini sudah ludes terjual. Harga per porsinya Rp
18.000, pengunjung juga bisa memilih bagian-bagian tertentu, seperti tulang
iga, kaki, mata, kuping, lidah, pipi, sumsum, otak, dan lain-lain. Bagi
sebagian orang yang tak terbiasa, memakan bagian-bagian tadi memang
menyeramkan, tapi ya inilah tengkleng. Cobalah sedikit, kalau ketagihan ya
tanggung sendiri akibatnya
Jika butuh tengkleng untuk hajatan, Anda juga bisa memesan
tengkleng bu Edi melalui telepon di 0271-651552 atau datang langsung ke
rumahnya di Jl. Yosodipuran RT 01/3 Solo, pesanan satu panci harganya mulai
dari Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu.
·
Srabi Notosuman
Kalau boleh sedikit berlebihan, tak
lengkap berkunjung ke Solo, kalau Anda tak mampir ke daerah Notosuman dan
mencoba legitnya serabi Notosuman. Di
daerah Notosuman ini kita bisa menemukan beberapa penjual serabi, konon mereka
berasal dari satu keturunan yang sama, yaitu Hoo Gek Hok, yang merintis usaha ini sejak 1923. Salah
satu yang terkenal di daerah Notosuman adalah serabi Ny. Handayani.
Serabi sebenarnya adalah semacam pancake yang
adonannya terdiri dari tepung beras, santan, gula, garam, dan daun pandan
sebagai pewangi. Teksturnya kenyal namun tetap lembut, dan rasanya sangat legit.
Berbeda dengan kue serabi atau surabi di daerah lain, serabi khas Solo atau
serabi Notosuman dihidangkan tanpa kuah manis.
Cara pembuatannya pun masih tradisional, adonan serabi
dimasukkan ke dalam wajan kecil, lalu ditutup dengan penutup dari tanah liat
supaya serabi mekar sempurna. Apinya berasal dari arang, cuma butuh waktu
sekitar 3 menit, serabi pun matang. Menariknya, proses pembuatan serabi ini
bisa disaksikan oleh pembeli.
Di daerah Notosuman ini, serabi yang ditawarkan hanya dua
jenis, yakni serabi coklat dan polos (tanpa topping). Serabi coklat
Rp 2.500, sedangkan serabi polos Rp 3.000.
Serabi Notosuman tidak memakai bahan pengawet sama sekali,
dan bisa tahan selama 24 jam. Serabi Notosuman Ny. Handayani buka dari jam
05.00-19.00 WIB
Sumber & Gambar : http://tentangsolo.web.id/serabi-notosuman.html
Menuju
ke Solo
Kota
Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur
Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit.
Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota
ini.
Jalur darat
Kota
Solo dapat dicapai melalui darat, baik menggunakan kendaraan pribadi, bus atau
kereta api.
Kendaraan
pribadi
Kota
Solo terhubung ke Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya dengan jalan negara. Ke
depan telah direncanakan pembangunan jalan bebas hambatan (jalan tol) ke
Semarang dan ke Yogyakarta. Selain itu jalan provinsi menghubungkan Solo dengan
Purwodadi, Wonogiri, dan Tawangmangu/Sarangan.
Bus dan
kendaraan umum jalan raya lain
Relasi
bus Solo melayani ke hampir seluruh kota utama di Jawa, Bali, serta banyak kota
di Sumatera. Terminal utama adalah Terminal Tirtonadi, terletak di bagian utara
kota dan dekat dengan stasiun kereta api (berjarak sekitar 1km). Terdapat bus malam (ber-AC) yang
menghubungkan Solo dari Jakarta, Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan Denpasar.
Terdapat pula hubungan bus jarak sangat jauh yang menghubungkan Solo dengan
Bandarlampung, Palembang, Pekanbaru, Medan, Padang di sisi barat, dan dengan
Mataram dan Bima di arah timur. Hubungan dengan Kalimantan dan Sulawesi
dilakukan melalui kapal yang bersandar di Semarang atau Surabaya.
Hubungan
ke Surabaya berlangsung 24 jam, baik bus langsam maupun Patas. Hubungan ke
Purwokerto (lewat Yogyakarta) juga demikian, namun dengan frekuensi lebih
jarang. Terdapat pula bus semi-Patas yang menghubungkan Solo dengan kota
Malang, Jember, dan Banyuwangi. Hubungan bus ke Semarang dan ke Yogya dengan
bus langsam berlangsung dari pukul 05.00 hingga 19.00, selebihnya tidak
dilayani, kecuali dengan bus dari Surabaya menuju Yogya, atau kadang-kedang
tersedia kendaraan tidak resmi omprengan. Solo
terhubung pula dengan kota-kota kabupaten dan kecamatan dari Terminal
Tirtonadi, seperti ke Purwodadi, Sragen, Tawangmangu, Matesih, Wonogiri, Pedan
(Klaten), dan Simo (Boyolali). Terminal Kartasura juga dapat digunakan untuk
mencapai sejumlah pedesaan. Jalur-jalur ini biasanya dilayani bus tua atau bus
kecil.
Kereta api (KA)
Stasiun
utama adalah Stasiun Solo Balapan. Dari setasiun ini praktis semua kota utama
Jawa dapat dicapai dari Solo. Hubungan
dengan Jakarta dilayani dengan kereta api kelas Eksekutif (kelas 1) Argo Dwipangga (dari stasiun Gambir berangkat malam) dan Argo Lawu(berangkat pagi) dengan biaya Rp 200
ribu dan waktu tempuh sekitar 8 jam. Kereta ini berhenti di Stasiun Tugu, Yogyakarta, dan Purwokerto sebelum
sampai tujuan akhirnya di Solo. Kemudian Kelas Bisnis Senja Utamaberhenti di Stasiun Pasar Senen dan
Lodaya (Bandung). Kereta
komuter Prambanan Ekspres melayani hubungan dari Yogyakarta dengan waktu tempuh
45 menit. KA berangkat dari Yogya lima kali sehari (07.00, 10.00, 13.00, 16.00,
dan 19.00). Selain itu terdapat KA komuter dari dan ke Semarang (KA
Pandanwangi) dengan dua kali rit, tapi belum jelas jadwalnya.
Udara
Kota
Surakarta memiliki fasilitas Bandara Internasional Adisumarmo yang dibangun
dengan gaya Jawa yaitu Joglo dan ornamen Batik yang menghiasi setiap
ruangannya. Dari Jakarta, hampir tiap maskapai penerbangan punya rute ke
Surakarta, waktu tempuhnya 50 menit. Dari yang terletak di kawasan Panasan,
Anda bisa naik taksi maupun Busway yaitu Batik Solo Trans 15 menit menuju ke
pusat kota Surakarta. Maskapai
penerbangan Garuda, Lion Air dan Sriwijaya air melayani penerbangan
Jakarta-Solo PP, Silk Air untuk penerbangan Solo-Singapura PP, dan Air Asia
untuk penerbangan Solo-Kuala Lumpur (Malaysia) di samping penerbangan langsung
ke Mekkah/Jeddah, Arab Saudi dikarenakan Solo sebagai embarkasi haji untuk wilayah Jawa Tengah & DIY. Dari Solo seseorang bisa terbang ke
seluruh kota -kota di Indonesia melalui kota Jakarta.
Sumber :
No comments:
Post a Comment