Entah kapan
tepatnya dia berpisah dengan rista, tapi hubungan itu tidak terpisah secara
langsung. Sampai saat waktunya rista wisuda, dan dia berpikir mungkin itulah
akhir pertemuannya dengan rista. Iya benar, rista sudah 4 tahun menjalani masa
kuliahnya, ini adalah saat terakhirnya menjadi mahasiswi, dan tak akan ada yang
tahu jalannya, bahkan mungkin rista sendiri tak tahu jalan selanjutnya,
meskipun sudah berencana, itulan manusia, hanya bisa berencana, tapi tuhan yang
berkehendak. Tak ada yang tahu pasti, kemana rista selepas wisudanya nanti,
termasuk dia. Rista memang sengaja memberitahu kapan tepatnya rista wisuda,
tapi tak sengaja rista memberitahu kepada dia, saat percakapan lewat telepon
yang singkat. Tanggal dan harinya sudah dia dapat dari rista, tapi bukan itu
yang membuatnya risau, sudah lama dia tak bertemu langsung dengan rista, tak
bertemu dengan orang tua rista, yang pasti hadir dalam acara wisuda tersebut. Sudahlah,
kalau tidak bertemu saat wisuda mungkin akan menyeseal dia, jadi dia tetap
berangkat ke tempat rista di wisuda. Sampai di sana, ternyata acara sambutan dan
acara-acara protokol lainnya belum selesai, jadi dia masih harus menunggu, di
hubunginya adik kandung dari rista, indah namanya, rista adalah anak pertama
dari dua bersaudara, adiknya cewek juga. Pesan sudah dikirim, dan adik rista
menjawab kalau ayah dan ibunya ada didalam gedung dan adik rista dan
saudara-saudaranya menunggu di tempat agak jauh dari gedung. Sempat menunggu
lebih dari satu jam, keyakinan sempat goyah karena perasaan yang sudah tak
karuan, untung dia bertemu dengan temannya saat di SMA, kebetulan temannya
mengantar pacarnya wisuda, bersama orang tuanya juga. Akhirnya ada teman untuk
dia ajak berbicara, dan menunggu pun tak terasa sampai acara akan berakhir. Saat
acara akan berakhir dia bertemu dengan kedua orang tua rista didepan pintu
keluar gedung acara, tanpa pikir panjang dia hampiri dan bersalaman dengan
kedua orang tua rista sambil mengucapkan salam. Perbincangan ringan tentang saling
menanyakan kabar pun terjadi diantara dia dan orang tua rista. Entah kenapa dia
merasa bahwa dia telah menjadi salah satu bagian dari keluarga besar, keluarga
yang sudah lama tak bertemu dan menahan rasa rindu. Kata-kata semangat dan
motivasi keluar dari ayah rista, dan kata-kata melembutkan dan
mendinginkan datang dari ibu rista, mereka membuat dia seakan istimewa. Ketika pintu
keluar sudah dibuka, dia minta pamit agar dia saja yang menunggu
berdesak-desakan di depan pintu, sambil mempersilahkan orang tua rista menunggu
di tempat yang agak kondusif. Lama rista tidak menunjukkan tanda-tanda keluar
dari ruangan itu, sampai beberapa saat, satu per satu temannya mulai keluar,
dia juga memberi selamat kepada teman-teman rista. Rista pun melihat dia dan
menghampirinya, tapi dia tidak mau menerima jabat tangan rista, bukan karena
tidak mau, tapi lebih karena tidak pantas. Dia berkata “ jangan aku dulu, orang
tua mu dulu” maksudnya adalah, bahwa orang tua rista lah yang harus dia jabat
tangan oleh rista terlebih dahulu sambil berkata “ terimakasih atas
pengorbanannya selama ini, sampai aku wisuda”. Barulah dia menerima ucapan
terimakasih dari rista dan sebaliknya dia berkata “selamat, kamu sudah membahagiakan
orang-orang yang kamu sayang” kepada rista, sambil memberi bunga dan souvenir
khas wisuda berupa boneka yang memakai baju toga, lengkap dengan membawa
ijasah, yang banyak dijual didepan gedung tempat wisuda tersebut. Tak lama
berbincang, dia meminta ijin pamit untuk meninggalkan mereka, rista dan orang
tuanya, membiarkan mereka larut dalam rasa syukur yang paling dalam, larut
dalam kebahagian selama penantian 4 tahun kuliah.
No comments:
Post a Comment