iklan

Sunday, July 18, 2010

catatan tentang piala dunia 2010

Perhelatan akbar Piala Dunia 2010 memang telah usai, namun semangat perjuangan yang berkobar di dalamnya masih menjadi inspirasi bagi begitu banyak orang. Afrika Selatan patut berbangga hati karena dinilai telah sukses berjuang menggelar pesta olahraga sepak bola terbesar di dunia ini. Keberhasilan salah satu negara Benua Hitam ini telah memudarkan pandangan dunia yang semula meragukan kemampuan Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia. Afrika Selatan bahkan kini dengan berani menyatakan harapan barunya menjadi tuan rumah Olimpiade 2020.

Pemberitaan tentang Piala Dunia 2010 yang penuh dengan drama ini tentunya kurang lengkap tanpa membicarakan kemenangan kali pertama Spanyol sepanjang sejarah. Spanyol akhirnya bisa mengangkat trofi juara Piala Dunia setelah sebelumnya hanya bisa bermimpi meraihnya. Berbekal titel juara Piala Eropa 2008, Spanyol yang semula dikenal sebagai tim kuda hitam kemudian difavoritkan dalam laga Piala Dunia 2010. Dan benar, akibat kerja keras dan semangat berharap yang tak pernah pudar, Spanyol berhasil menorehkan prestasi dalam sejarah Piala Dunia. Di tengah adanya konflik yang meributkan gol tunggal Iniesta penentu kemenangan timnya yang disinyalir off-side, tim negara matador ini patut diacungi jempol mengingat prestasinya yang terus meningkat semenjak beberapa tahun terakhir.

Siapa pun yang menjadi tim unggulan kita dalam Piala Dunia 2010 ini, tentunya tidak akan dapat mengalahkan kebanggaan kita jika Indonesia menjadi salah satu pesertanya. Kita patut bangga bahwa Indonesia adalah tim Asia pertama yang menjadi peserta Piala Dunia 1938 bersama 14 tim nasional negara lainnya. Kala itu, Indonesia berangkat atas nama Hindia Belanda (Nederlandsche Indiesche) karena masih berada di bawah penjajahan Belanda. Indonesia memang pada akhirnya kalah telak dalam pertandingan melawan Hungaria yang dinilai termasuk dalam tim kuat sepak bola dunia hingga era 1960-an. Namun, fakta sejarah ini bisa menjadi salah satu alasan kuat kita untuk tetap berharap melanjutkan prestasi Indonesia ini di masa mendatang.

Memimpikan Indonesia menjadi juara Piala Dunia entah kapan bukan tidak mungkin pernah muncul dalam benak insan pecinta sepak bola tanah air. Setidaknya, harapan bahwa tim merah putih menjadi salah satu peserta Piala Dunia tentunya pernah terngiang-ngiang dalam angan-angan para pemain tim sepak bola nasional. Namun, harapan ini hanya akan menjadi mimpi semata bila tidak disertai dengan usaha yang gigih serta semangat yang nyata dari berbagai pihak.

Kegagalan Indonesia memenuhi persyaratan FIFA sesuai tenggat waktu yang ditentukan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 menjadi salah satu bukti masih kurang seriusnya pemerintah memberi perhatian lebih pada dunia olahraga sepak bola. Waktu penyelenggaraan berbagai kompetisi sepak bola tanah air yang umumnya justru berakhir saat Piala Dunia hendak dimulai turut memperlihatkan minimnya niat para pemangku kebijakan ikut serta dalam turnamen salah satu olahraga bola kaki sedunia ini. Belum lagi soal jadwal kompetisi yang tak jarang terganggu akibat adanya penyelenggaraan kegiatan politik seperti kampanye pemilu atapun pilkada.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa dunia sepak bola tanah air telah ternodai oleh begitu banyak masalah. Minimnya kucuran dana seringkali dijadikan sebagai salah satu alasan utama mengapa beragam masalah itu tidak kunjung selesai. Pada dasarnya, tentu ada harga dan pengorbanan yang harus dibayar untuk meraih cita, entah itu berupa sejumlah besar dana ataupun kerja keras.

Bibit pemain berkualitas terbukti telah banyak tersebar di berbagai daerah di tanah air, terutama dengan keberadaan Sekolah Sepak Bola (SSB). SSB nyatanya dapat dijadikan wadah pengembangan bakat pemain sepak bola junior. Hal ini tentunya dapat memudahkan PSSI menemukan pemain bintang muda. Masalah justru dimulai ketika seleksi pemain diadakan yang dinilai kurang matang. Rekrutmen pemain juga disinyalir diwarnai oleh kasus penyuapan (money politics).

Belum lagi soal regenerasi pemain senior yang masih kurang kontinyu dilakukan oleh PSSI. Hal ini tentunya terkait dengan kurangnya pembinaan pemain muda. Pemain muda juga sebaiknya diberikan kesempatan bermain dalam berbagai liga agar mendapatkan pengalaman dan memiliki mental bertanding yang terasah untuk menjadi juara, bukan justru mempertahankan pemain senior. Jangan sampai menularnya fenomena brain drain dalam dunia olahraga Indonesia, khususnya sepak bola, semakin meningkat akibat kurang seriusnya pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia di dalamnya, baik pemain maupun pelatih.

Pembenahan manajemen sistem sepak bola Indonesia memang tidak bisa dilaksanakan secara instan. Para pembangku kebijakan di dalamnya harus memiliki komitmen yang tinggi dalam memajukan kondisi sepak bola tanah air. Pemerintah juga harus memberikan perhatian lebih jika ingin nama Indonesia harum di mata dunia melalui prestasi yang ditorehkannya di laga permainan rumput hijau ini. Perlahan namun pasti, Indonesia bisa melaju ke pentas dunia bila serius memperbaiki catatan-catatan merah yang selama bertahun-tahun ini telah ada. It’s time for Indonesia!




Blog: http://pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik):
redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
http://kabarindonesia.com/

No comments:

Post a Comment